Kalau lo pengen ngerasain Jogja yang paling autentik, jawabannya bukan di kafe estetik atau resto modern. Justru yang paling Jogja banget itu ada di tengah denyut pasar tradisional, di mana rasa, budaya, dan interaksi melebur jadi satu. Salah satu spot terbaik buat itu adalah kuliner pagi di Pasar Beringharjo—jantung kulinernya Malioboro yang gak cuma legendaris, tapi juga penuh kehangatan khas kota pelajar.
Berada di sisi selatan Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo udah eksis sejak 1758 dan jadi pasar utama masyarakat Jogja. Tapi jangan pikir ini cuma soal belanja batik atau rempah. Tiap pagi, gang-gang kecil dan los-los di dalam pasar berubah jadi surga sarapan tradisional, dari gudeg legendaris sampai jajanan pasar warna-warni yang bikin ngiler.
Yuk kita susuri lorong-lorong kuliner penuh rasa dan cerita di dalam kuliner pagi di Pasar Beringharjo, tempat di mana Jogja ‘berbicara’ lewat aroma wangi dan senyum hangat para penjualnya.
Gudeg: Ikon Sarapan Jogja yang Gak Pernah Salah
Ngomongin kuliner pagi di Pasar Beringharjo, jelas gak lengkap tanpa ngebahas gudeg. Makanan khas Jogja ini bisa dibilang sarapannya orang lokal yang klasik tapi selalu dicintai.
Di salah satu pojok pasar, ada penjual gudeg yang udah berjualan puluhan tahun. Biasanya buka dari jam 6 pagi dan langsung diserbu pelanggan. Menunya sederhana: nasi gudeg lengkap dengan krecek pedas, telur pindang, dan ayam opor. Tapi yang bikin beda adalah rasa manis nanggung khas Jogja yang berpadu dengan gurihnya kuah santan.
Lo juga bisa pilih varian seperti gudeg basah atau kering, tergantung selera. Makan di bangku kecil dengan piring seng dan sendok logam tua itu justru bikin pengalaman makannya makin berkesan.
Dan jangan lupa, ngobrol sama ibu penjualnya—karena cerita-cerita mereka soal resep warisan, pelanggan tetap, sampai perubahan Jogja dari masa ke masa itu priceless banget.
Jajanan Pasar: Warna-Warni Tradisi dalam Satu Tampah
Setelah kenyang gudeg, saatnya lo berburu jajanan pasar yang bertebaran di seluruh sudut Pasar Beringharjo. Yang bikin beda di sini adalah variasi dan keasliannya. Banyak penjual yang masih bikin jajanan secara tradisional, dari bahan alami dan tanpa pengawet.
Beberapa jajanan paling ikonik:
- Klepon: bola ketan isi gula merah yang meledak manis di mulut, diselimuti kelapa parut segar.
- Lemper: nasi ketan isi ayam suwir gurih, dibungkus daun pisang.
- Nogosari: pisang kukus dalam balutan adonan tepung yang lembut.
- Jenang grendul dan jenang sumsum: manis, legit, dan pas banget buat yang pengen sarapan ringan.
- Kue lapis, putu ayu, cenil, dan lupis: satu tampah bisa isinya 10 macam warna dan rasa.
Harga? Murah banget. Lo bisa dapetin satu bungkus isi 2–3 jajanan cuma dengan Rp2.000–Rp5.000 aja. Dan sensasinya? Lebih satisfying dari dessert mahal di mall.
Yang bikin seru adalah lo bisa nyoba langsung di tempat—duduk bareng ibu-ibu belanja, bapak-bapak ngopi, sambil ngerasain vibe Jogja yang gak dibuat-buat.
Kopi Joss dan Minuman Tradisional: Energi Pagi ala Jogja
Masih pagi tapi butuh booster? Tenang, kuliner pagi di Pasar Beringharjo juga punya pilihan minuman yang gak kalah khas. Salah satu yang paling legendaris adalah kopi joss, yaitu kopi hitam panas yang disajikan dengan arang membara langsung dimasukin ke dalam gelas.
Awalnya lo mungkin skeptis. Tapi begitu lo seruput, rasanya beda. Ada aroma gosong yang khas, rasa pahit yang bersahabat, dan efek “bangun badan” yang instan. Biasanya dijual di gerobak kecil deket pintu pasar bagian timur. Penjualnya ramah, bahkan sering ngajakin ngobrol soal filosofi kopi dan sejarah Jogja.
Kalau lo gak kuat kopi, pilihan lain ada:
- Wedang jahe: anget, pedas, dan bikin tenggorokan lega.
- Ronde hangat: isi bola ketan kecil dan kacang, disajikan dengan kuah jahe manis.
- Es dawet ireng atau cendol dawet: buat yang mau sarapan manis dingin.
Minuman-minuman ini bukan sekadar pelepas dahaga. Mereka adalah cerita dalam gelas, yang menghubungkan lo dengan kehidupan pasar dan tradisi masyarakat Jogja.
Suasana Pasar yang Hidup dan Penuh Warna
Selain rasa, hal paling berkesan dari kuliner pagi di Pasar Beringharjo adalah suasananya. Lo gak cuma datang buat makan, tapi juga buat menyelami denyut kehidupan pagi Jogja yang penuh warna.
Hal-hal yang bikin atmosfernya gak tergantikan:
- Suara pedagang teriak nawarin dagangan
- Aroma campur aduk dari rempah, gorengan, dan bunga segar
- Ibu-ibu ngobrol sambil tawar-menawar bawang atau kain batik
- Penjual setia yang udah 20–30 tahun buka lapak di tempat yang sama
- Anak-anak kecil bantuin orang tuanya jualan dengan wajah sumringah
Gak ada filter. Gak ada gimmick. Yang lo temuin adalah Jogja yang jujur dan sederhana. Dan itu, menurut banyak orang, justru yang paling ngena.
Tips Maksimalin Pengalaman Kuliner Pagi di Pasar Beringharjo
Supaya eksplorasi lo makin mantap, ini beberapa tips praktis:
- Datang pagi-pagi banget (sekitar jam 6.00–7.30), karena banyak jajanan cepat habis.
- Gunakan uang tunai pecahan kecil, biar gampang transaksi dan gak perlu nunggu kembalian.
- Jangan malu tanya dan ngobrol sama penjual, mereka ramah dan seneng cerita.
- Bawa tas kain atau tempat makan sendiri, buat bungkus makanan tanpa plastik.
- Santai dan nikmati suasana, gak perlu buru-buru.
Dan yang paling penting: datang dengan rasa ingin tahu dan hati terbuka. Karena di pasar, makanan dan manusia punya cara sendiri buat ngajarin lo soal kehidupan.
Penutup: Rasa, Tradisi, dan Kehangatan dalam Satu Pagi
Kuliner pagi di Pasar Beringharjo bukan cuma soal isi perut. Ini tentang mengenal Jogja lewat cita rasa yang nyata, manusia-manusia yang ramah, dan tradisi yang hidup dalam kesederhanaan. Setiap suapan nasi gudeg, gigitan klepon, sampai seruput kopi joss adalah pengingat bahwa di tengah dunia serba cepat, ada tempat di mana semua terasa lebih hangat, lebih pelan, tapi jauh lebih bermakna.
Kalau lo ke Jogja tapi belum mampir sarapan ke Beringharjo, berarti lo belum kenal Jogja sepenuhnya.

